Selasa, 13 Januari 2015

Makalah TAFSIR TARBAWI Objek Pendidikan

MAKALAH
TAFSIR TARBAWI
 Obyek Pendidikan “

Dosen pembimbing : Drs. Asnawi AR


 Disusun oleh :
ELIS MIARTI
Nim : T. PAI. 1. 2012. 037
Candra Bepanda
Nim :  T. PAI. 1. 2012. 001
Irwansyah
Nim : t.pai. 1. 2012. 020

Lokal IV A
Jurusan Tarbiyah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULANA QORI BANGKO
TAHUN 2014


KATA PENGANTAR

Alhamduliilahirobbil’alamin, penulis memuji syukur kehadirat Allah SWT karena sampai detik ini Allah SWT masih bermurah hati memberikan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ Obyek Pendidikan “ yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Salam sejahtera semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil’alamin. Semoga kelak kita menjadi salah satu umatnya yang mendapatkan syafa’at dari beliau. Amin, Ya Robbal’alamin.
 Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril maupun materil dan yang secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai hamba Allah Swt, penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperoleh hasil yang lebih baik dikesempatan mendatang.


Bangko,          2014

                                                                                                               Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah swt telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberi peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorangpun yang berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya.
            Dalam makalah ini akan sedikit membahas terkait dengan objek pendidikan berdasarkan Al-Qur’an, yang terkandung dalam QS. At- Tahrim Ayat 6, Asy-Syu’araa Ayat 214, dan At-Taubah ayat 122 .


B.     Rumusan Masalah
1.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan QS. At Tahrim ayat 6 ?
2.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan QS. Asy Syu’ara ayat 214 ?
3.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan QS. At Taubat ayat 122 ?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    QS. At-Tahrim Ayat 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, ( Q.S. A-Tahrim/66: 6  )[1]

Dalam ayat ini terdapat lafadz perintah berupa fi’il amar قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا  “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”,  hal ini dimaksudkan bahwa kewajiban setiap orang mu’min salah satunya adalah menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari siksa neraka. Dalam tafsir jalalain proses penjagaan tersebut ialah dengan pelaksanaan perintah taat kepada Allah merupakan tanggung jawab manusia untuk menjaga dirinya sendiri serta keluarganya. Sebab manusia merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarganya yang nanti akan dimintai pertanggung jawabannya.
Untuk dapat melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. Dan semua itu tak akan bisa terjadi tanpa adanya pendidikan syari’at. Maka disimpulkan bahwa keluarga juga merupakan objek pendidikan.[2]
Pengertian tentang pentingnya membina keluarga agar terhindar dari api neraka ini tidak semata-mata diartikan api neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak citra pribadi seseorang. Sebuah keluarga yang anaknya terlibat dalam berbagai perbuatan tercela seperti mencuri, merampok, menipu, berzina, minum-minuman keras, terlibat narkoba, membunuh, dan sebagainya adalah termasuk kedalam hal-hal yang dapat mengakibatkan bencana di muka bumi dan merugikan orang yang melakukannya, dan hal itu termasuk perbuatan yang membawa bencana.
Jelasnya ayat tersebut berisi perintah atau kewajiban terhadap keluarga agar mendidik hukum-hukum agama kepada mereka.[3]

B.     QS. Asy-Syu’araa Ayat 214

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Artinya : ”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.
QS. Asy Syu’araa’ ayat 214) [4]

Sesuai dengan ayat sebelumnya (QS. At Tahrim ayat 6) bahwa terdapat perintah langsung dengan fi’il amr (berilah peringatan). Namun perbedaannya adalah tentang objeknya, dimana dalam ayat ini adalah kerabat-kerabat.
الْأَقْرَبِينَ  mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthollib, lalu nabi Muhammad SAW, memberikan peringatan kepada mereka secara terang-terangan.
Demikianlah menurut keterangan hadist yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun hal ini bukan berarti khusus untuk nabi Muhammad SAW, saja kepada Bani Hasyim dan Bani Muthollib, tetapi juga untuk seluruh umat Islam.[5] Selaras dengan kaidah ushul fiqh :
إِذَا وَرَدَ اَلْعَامُ عَلَى سَبَبِ الْخَاصِ فَالْعِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَفْظِ لاَبِخُصُوْصِ السَبَبِ
Artinya : ”Apabila datang dalil ‘am karena sebab yang khos maka yang dianggap adalah umumnya lafadz, bukan dengan kekhusususan sebab”.[6]
At Thobari meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Nabi menyampaikan pesan suci yang diterimanya kepada seluruh kerabat dan keluarga terdekatnya. Sementara Al Bukhori meriwayatkan bahwa ketika ayat tersebut turun Nabi langsung menuju dan naik bukit shofa seraya mengumpulkan sanak kerabat dan sahabatnya.[7]

C.    QS. AT-Taubah Ayat 122

وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً ۚ فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَهُوْا فِى الدِيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَهُمْ يَحْذَرُوْنَ

Artinya : ”Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya”. (QS. At Taubah ayat 122)[8]

Dalam ayat ini juga terdapat dua lafadz fi’il amr yang disertai lam amr, yakni (supaya mereka memperdalam ilmu agama) dan lafadz (supaya mereka memberi peringatan), yang berarti kewajiban untuk belajar dan mengajar.
Menurut Al Maraghi ayat tersebut member isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama (wujub al tafaqqub fi al din) serta menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah di dirikan serta mengajarkanya pada menusia berdasarkan kadar yang diperkirakann dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang apada umumnya yang harus dikerahui oleh orang-orang  yang beriman.
Menyiapkan diri untuk memusatkan perhatian dalam mendalami ilmu agama dan maksud tersebut adalah termasuk kedalam perbuatan yang tergolong mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak kalah derajatnya dari orang-orang yang berjihat dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah, bahkan upaya tersebut kedudukanya lebih tnggi dari mereka yang keadaanya tidak sedang berhadapan dengan musuh.[9]
Maka Inti dari ayat diatas adalah tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang (jihad), namun harus ada juga yang harus belajar dan mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam.





BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
1.      Dalam Qs At Tahrim ayat 6, menunjukkan perintah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka dan merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan keluarga.
2.      Dalam Qs Asy Syu’ara ayat 214, menunjukkan bahwa yang menjadi objek pendidikan adalah kerabat terdekat dari kita dan orang-orang yang dekat kepada adzab Allah SWT.
3.      Dalam Qs At Taubah ayat 122, menunjukkan bahwa yang menjadi objek pendidikan adalah lebih khusus, yakni sebagian dari orang-orang mu’min.


B.     Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini , tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karna terbatasnya Pengetahuan dan kurangnya rujukan dan referensi , penulis berharap kapada para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA

·          
·         Abuddin Nata, 2002, Tafsir ayat-ayat pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
·         Ahmad Mustafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi jilid IV (Beirut Dar al fikr, tp.th.)
·         Ahmad Munir. 2008, Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan, Yogyakarta: Teras.
·         Ricky-diah.blogspot.com/objek-pendidikan-dalam-al-qur’an.html




[1]
[2] http://quranhadisfitri.blogspot.com/2013/05/tafsir-qs-at-tahrim-ayat-6.html
[3] Abuddin Nata, Tafsir ayat-ayat pendidikan. 2002, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm: 200
[4]
[5] Ricky-diah.blogspot.com/objek-pendidikan-dalam-al-qur’an.html
[6]
[7] Ahmad Munir. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan. 2008. Yogyakarta: Teras. hlm: 133
[8]
[9] Ahmad Mustafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi jilid IV (Beirut Dar al fikr, tp.th.) hlm:48
 


1 komentar: