Rabu, 21 Januari 2015

Makalah IKHLAS BERAMAL



MAKALAH
HADIST TARBAWI
IKHLAS BERAMAL“
Dosen pembimbing : AHMAD SAUPI, S.HI., M.PDI



 Disusun oleh :
ELIS MIARTI
Nim : T. PAI. 1. 2012. 037
AS’AD
Nim :  T. PAI. 1. 2012. 054
M.MABRUR
Nim : T. PAI. 1. 2012. 028

Lokal IV A
Jurusan Tarbiyah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULANA QORI BANGKO
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Alhamduliilahirobbil’alamin, penulis memuji syukur kehadirat Allah SWT karena sampai detik ini Allah SWT masih bermurah hati memberikan segala karunia-Nya sehangga penulis dapat menyelesaikan makalah  “ Ikhlas Beramal “ yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadist Tarbawi.
Salam sejahtera semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil’alamin. Semoga kelak kita menjadi salah satu umatnya yang mendapatkan syafa’at dari beliau. Amin, Ya Robbal’alamin.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril maupun materil dan yang secara langsung maupun tidak langsung Sebagai hamba Allah Swt, penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperoleh hasil yang lebih baik dikesempatan mendatang.


Bangko,    2014

                                                                                                                             Penulis
 
BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ikhlas dalam beramal merupakan sikap yang tiada mengharapkan tujuan lain selain dari pada untuk mendekatkan diri  kepada Allah. Ikhlas dalam beramal tidak boleh diikuti dengan niat riya, yaitu mengharapkan pujian atau kehormatan dari sesamanya. Karena amal yang akan dibalas oleh Allah adalah amal  yang dilakukan karena mengharap kasih dan sayang-Nya, yaitu dengan keikhlasan di dalam hatinya.
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan judul diatas merupakan hal yang sangat penting sekali. Karena banyak sekali orang yang berbuat tidak disertai dengan niat yang ikhlas. Sehingga kita perlu tahu, apa  hal-hal yang  menjadi tolak ukur ikhlas atau tidaknya seseorang dalam berbuat kebajikan. Dan apa jadinya suatu amalan yang dilakukan dengan niat bukan untuk mendapatkan ridha Allah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian serta hadist tentang Ikhlas Beramal ?


      

BAB II

PEMBAHASAN
A.    Ikhlas Beramal
Secara bahasa ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Para ulama sepakat bahwa niat dalam setiap amal itu merupakan satu kemestian bagi diperolehnya pahala dari amal itu. Ikhlas karena Allah dalam berbuat merupakan salah satu syarat diterimanya perbuatan itu. hal ini, karena Allah tidak akan menerima amal perbuatan seseorang kecuali karena keikhlasan, hanya mengharap ridho-Nya.[1]
Sebagaimana Hadist Rasulullah saw, sebagai berikut :
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِنَّما اْلاَعْمَالُ باِلنِّيَةِ وَاِنَّمَالْاِمْرِئٍ مَانَوَ ىفَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ اِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلَى دُنْيَايُصِيْبُهَا اَوْ اِمْرَاَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ اِلَى مَاهَا جَرَ اِلَيْهِ ( رواه البخاري )

Diriwayatkan dari Umar ibn Khattab RA, ia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bahwasanya amal itu hanyalah berdasarkan pada niatnya. Sesungguhnya bagi tiap-tiap orang (akan memperoleh) sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya , maka ia akan memperoleh keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena mencari dunia ia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan, maka ia akan menikahinya. Maka (balasan) hijrah itu sesuai dengan apa yang diniatkan ketika hijrah.” (Muttafaqun Alaih).[2]

Rasulullah saw mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud)- nya ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar pejabat.[3]
Hadits ini menerangkan tentang keikhlasan seseorang dalam beramal. Dan ini adalah inti dari segala amalan yang kita kerjakan. Apalah artinya beramal yang banyak, kalau tanpa niat karena Allah. walaupun seseorang beramal dengan ilmu yang benar, tetap dimata Allah tidak ada nilainya sama sekali , kalau tanpa di barengi keikhlasan. Yang ada mungkin hanya pujian dari orang lain dan kesombongan pada diri sendiri.[4]
Melalui hadits ini Rasulullah saw. menjelaskan pada kita akan pentingnya -sebuah niat- dalam beribadah pada Allah. Niat inilah yang sangat penting untuk senantiasa kita perhatikan setiap kita akan melakukan amalan. Karena hanya dengan niat kita akan mengetahui apakah kita melakukan amalan itu untuk mencari keridhaan Allah ataukah hanya untuk mendapatkan popularitas atau pujian dari manusia.[5]

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :
  • Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya amal ibadah dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Alloh ta’ala).
  • Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Alloh ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
  • Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
  • Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia 
    merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah 
    adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan 
    perbuatan.
  • Wajib memperhatikan kebeningan hati dari dosa-dosa dan maksiat serta 
    menghindari riya ataupun mengharapkan pujian orang terhadapnya dan juga  
    beramalkarena mengharapkan kesengangan dunia belaka.[6]

B.     Istiqomah
Iistiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk  ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Rasulullah Bersabda :
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ [رواه مسلم]
Artinya : Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats-Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata, "Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu". Beliau bersabda, "Katakanlah, saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah (istiqomah-lah)". (HR. Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits :
1.      Iman kepada Allah Ta’ala harus mendahului ketaatan.
2.      Amal shalih dapat menjaga keimanan.
3.      Iman dan amal saleh keduanya harus dilaksanakan.
4.      Istiqomah merupakan derajat yang tinggi.
5.      Keinginan yang kuat dari para shahabat dalam menjaga agamanya dan merawat keimanannya.
6.      Perintah untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah semata hingga mati.[7]

BAB III
PENUTUP 
 A.    Kesimpulan
Pengertian Ikhlas Secara bahasa bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

B.     Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini , tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karna terbatasnya Pengetahuan dan kurangnya rujukan dan referensi , penulis berharap kapada para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

*      Ayat Dimyati, 2001, Hadits Arba’in, Masalah ‘Aqidah, Syari’at, dan Akhlaq, Bandung: Penerbit Marja’
*      Abd.Dahlan Aminah, 1985, Hadist Arba’in Annawawiyah, Bandung: Al-Ma’arif,
*       



[1] Ayat Dimyati, Hadits Arba’in, Masalah ‘Aqidah, Syari’at, dan Akhlaq, 2001, Bandung: Penerbit Marja’, hal 2
[2] Aminah Abd. Dahlan, Hadist Arba’in Annawawiyah, 1985, Bandung : Al-Ma’arif, hal 11
[7] http://islamiyyah.mywibes.com/Pengertian%20istiqomah